BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Kurikulum merupakan rancangan pembelajaran dalam
institusi pendidikan yang harus ditempuh peserta didik dalam jangka waktu
tertentu. Dalam teks maupun prakteknya, kurikulum hendaknya senantiasa relevan
dengan perkembangan zaman. Agar senantiasa relevan, kurikulum tentunya perlu
dikembangkan dari waktu ke waktu agar isinya selalu berkembang sesuai tuntutan
dan harapan berbagai pihak terkait.
Komponen kurikulum merupakan suatu
unsur yang perlu kita pahami agar dalam pelaksanaannya kita dapat berjalan
sesuai dengan tujuan yang ingin di capai. Sedangkan, desain kurikulum merupakan
suatu proses pengembangan kurikulum yang diawali dari perencanaan, yang
dilanjutkan dengan validasi, implementasi dan evaluasi. Suatu program kurikulum
apabila dilaksanakan tetapi kita tidak memahami konsepnya maka semua dapat
diakatakan sia-sia, jadi untuk memahami komponen dan desain kurikulum itu
sendiri dapat diakatakan penting bagi kita untuk memahami dan mempelajarinya.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa saja komponen
– komponen kurikulum?
1.2.2 Apa saja desain
pengembangan kurikulum?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Komponen – komponen Kurikulum
Merujuk pada fungsi kurikulum dalam
proses pendidikan yang menjadi alat mencapai tujuan pendidikan, sebagai alat
pendidikan kurikulum mempunyai komponen-komponen penunjang yang saling
mendukung satu sama lain.[1] Komponen – komponen itu antara lain adalah
:
1.
Komponen
Tujuan
Tujuan mempunyai peranan yang sangat penting dan stratregis dalam
kerangka dasar kurikulum, karena akan mengarahkan dan memengaruhi
komponen-komponen kurikulum lainnya. Dalam penyusunan suatu kurikulum,
perumusan tujuan ditetapkan terlebih dahulu sebelum menetapkan komponen yang
lainnya. Tujuan pendidikan suatu negara tidak bisa dipisahkan dan merupakan
penjabaran dari tujuan negara atau falsafah negara, karena pendidikan merupakan
alat untuk mencapai tujuan negara.
Bagi Indonesia, yang menetapkan Pancasila sebagai pandangan
hidupnya, sudah selayaknya mengarahkan sistem pendidikannya pada pembentukan
warga negara yang cakap untuk memahami, menghayati, dan mengamalkan falsafah
negara, yaitu Pancasila. Bagi negara lain, sudah barang tentu lain pula
gambaran warga negara yang dicita-citakannya. Dengan demikian, pandangan hidup
yang dianut oleh para guru dan peserta didiknya akan mewarnai persepsinya
terhadap gambaran karakteristik sasaran kegiatan pembelajarannya. Pada
gilirannya, persepsi tersebut akan memengaruhi pula kebijakannya dalam
merencanakan, mengorganisasi, melaksanakan, dan mengevaluasi kegiatan
pembelajaran.
Tujuan pendidikan yang berkaitan dengan domain-domain anak didik,
di upayakan melalui proses pendidikan, jika di buat secara berurutan pendidikan
itu sebagai berikut :
a.
Tujuan
Pendidikan Nasional
Tujuan pendidikan nasional merupakan tujuan pendidikan yang paling
tinggi dalam hierarki tujuan-tujuan pendidikan yang ada, yang bersifat ideal
dan umum yang dikaitkan dengan falsafat Pancasila. Menurut Undang-Undamg No. 2
Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, tujuan Pendidikan Nasional
adalah untuk menciptakan manusia Indonesia yang beriman, bertakwa terhadap
Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan
keterampilan, kesehatan jasmani dan ruhani, kepribadian yang mantap, mandiri,
dan memiliki rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
b.
Tujuan
Institusional
Tujuan
institusional merupakan tindak lanjut dari tujuan pendidikan nasional. Sistem
pendidikan Indonesia memiliki jenjang yang melembaga pada suatu tingkatan. Tiap
lembaga memiliki suatu tujuan pendidikan yang disebut tujuan institusional,
karena itu dikenal bermacam-macam tujuan institusional, antara lain tujuan
institusional SD/MI, SMP/MTs, SMA/ MA, Universitas/Akademi/UIN/IAIN/STAIN, dan
lain sebagainya.
c.
Tujuan
Kurikuler
Tujuan kurikuler
merupakan tindak lanjut dari tujuan institusional dalam melaksanakan kegiatan
pendidikan dari suatu lembaga pendidikan. Dengan demikian, isi pengajaran yang
telah disusun diharapkan dapat menunjang tercapainya tujuan pendidikan. Suatu
lembaga pendidikan memiliki tujuan kurikuler yang biasanya dapat dilihat dari
GBPP suatu bidang studi. Dari GBPP (Garis-Garis BesarProgram Pengajaran)
tersebut, terdapat suatu tujuan kurikuler yang perlu dicapi oleh anak didik
setelah ia menyelesaikan pendidikannya.
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah bahwa tujuan kurikuler
mesti mencerminkan tindak lanjut dari tujuan kurikuler dan tujuan pendidikan
nasional. Karena itu, penjabaran tujuan institusional dan tujuan pendidikan
nasional mesti menggambarkan tujuan kurikuler sehingga akan terlihat jelas
hubungan hierarkis dari ketiga tujuan pendidikan tersebut.
d.
Tujuan
instruksional
Tujuan ini
bersifat operasional, yaitu diharapkan dapat tercapai pada saat terjadinya
proses belajar mengajar yang bersifat langsung dan terjadi setiap hari
pembahasan. Untuk mencapai tujuan instruksional ini, biasanya seorang
pendidik/guru perlu membuat Satuan Pelajaran (SP). Dalam upaya mencapai
tujuannya, tujuan instruksional ini sangat ditentukan oleh kondisi proses
belajar mengajar yang ada, antara lain kompetensi pendidikan, fasilitas
belajar, anak didik, metode, lingkungan, dan faktor yang lain. Tujuan
instruksional ada dua. Pertama, tujuan instruksional umum. Kedua, tujuan
intreksional khusus.[2]
2.
Komponen
Isi dan Struktur Program/Materi
Komponen isi dan
struktur program/materi merupakan materi yang diprogramkan untuk mencapai
tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Isi atau materi yang dimaksud biasanya
berupa meteri bidang-bidang studi, misalnya Matematika, Bahasa Indonesia, IPA,
IPS, Akhlak, Tasyri’, Bahasa Arab, dan alin sebagainya. Bidang-bidang studi
tersebut disesuaikan dengan jenis, jenjang, dan jalur pendidikan yang ada, dan
bidang-bidang studi tersebut biasanyatelah dicantumkan atau dimuatkan dalam
struktur program kurikulum suatu sekolah.
Hilda Taba
memberikan kriteria untuk memilih isi/materi kurikulum sebagai berikut: a).
Materi itu harus sahih dan signifikan, artinya harus menggambarkan pengetahuan
mutakhir, b). Materi itu harus relevan dengan kenyataan sosial dan kultural
agar peserta didik lebih mampu memahami fenomena dunia, termasuk
perubahan-perubahan yang terjadi, c). Materi itu harus mengandung keseimbangan
antara keluasan dan kedalaman, d). Meteri harus mencakup berbagai ragam tujuan,
e). Materi harus sesuai dengan kemampuan dan pengalaman peserta didik, dan f).
Materi harus sesuai dengan kebutuhan dan minat peserta didik. Begitu juga,
Ronald C.Doll (1978) dalam Zainal Arifin (2011) mengemukakan beberapa kriteria
pemilihan materi kurikulum, yaitu: a). Validitas dan signifikasi materi, b).
Adanya keseimbangan materi, c). Kesesuaian materi dengan kebutuhan dan minat
murid, d). Kemantapan materi, dalam arti tidak cepat usang, e). Hubungan antara
materi dengan ide pokok dan konsep-konsep, f). Kemampuan peserta didik untuk
mempelajari materi, dan g). Kemungkinan menjelaskan materi itu dengan data dari
disiplin lain.
Pemilihan isi
kurikulum dapat juga mempertimbangkan kriteria sebagai berikut: a). Sesuai
dengan tujuan yang ingin dicapai, b). Sesuai dengan tingkat perkembangan
peserta didik, c). Bermanfaat bagi peserta didik, masyarakat, dunia kerja,
bangsa dan negara, baik untuk masa sekarang maupun masa yang akan datang, dan
d). Sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.[3]
3.
Komponen
Proses
Proses pelaksanaan
kurikulum harus menunjukkan adanya kegiatan pembelajaran, yaitu upaya guru
untuk membelajarkan peserta didik, baik disekolah melalui kegiatan tatap muka,
maupun diluar sekolah melalui kegiatan terstruktur dan mandiri. Dalam konteks
inilah, guru dituntut untuk menggunakan berbagai strategi pembelajaran, metode
pembelajaran dan sumber-sumber belajar. Ada beberapa strategi pembelajaran yang
dapat digunakan dalam menyampaikan isi kurikulum, antara lain:
a.
Strategi
ekspositori klasikal, yaitu guru lebih banyak menjelaskan materi yang
sebelumnyatelah diolah sendiri, sementara siswa lebih banyak menerima materi
yang telah jadi.
b.
Strategi
pembelajaran heuristik (discovery dan inquiry)
c.
Strategi
pembelajaran kelompok kecil: kerja kelompok dan diskusi kelompok
d.
Strategi
pembelajaran individual
Disamping
strategi, ada juga metode mengajar. Untuk memilih metode mana yang akan
digunakan, guru dapat melihat dari beberapa pendekatan, yaitu pendekatan yang
berpusat pada mata pelajaran, pendekatan yang berpusat pada peserta didik, dan
pendekatan yang berorientasi pada kehidupan masyarakat. Meskipun demikian,
tidak ada satu metode pun yang dianggap paling ampuh. Oleh sebab itu, guru
harus dapat menggunakan multimetode secara bervariasi.
Sumber belajar
adalah bagian yang tak terpisahkan dalam proses pembelajaran. Dalam sistem pembelajaran
yang tradisional, penggunaan sumber belajar terbatas pada informasi yang
diberikan oleh guru, dan beberapa diantaranya ditambah dengan buku sumber.
Bentuk sumber belajar yang lain cenderung kurang mendapat perhatian, sehingga
aktivitas belajar peserta didik kurang berkembang. Berdasarkan pendekatan
teknologi pendidikan, sumber belajar dapat dikelompokkan menjadi lima bagian,
yaitu manusia, bahan, lingkungan, alat, dan perlengkapan, serta aktivitas.[4]
4.
Komponen
Evaluasi
Evaluasi adalah
suatu proses interaksi, deskripsi, dan pertimbangan (jodgment) untuk menemukan hakikat dan nilai dari suatu hal yang
dievaluasi, dalam hal ini kurikulum. Evaluasi kurikulum sebenarnya dimaksudkan
untuk memperbaiki substansi kurikulum, prosedur implementasi, metode
instruksional, serta pengaruhnya pada pelajaran dan perilaku siswa.[5]
Berdasarkan
definisi kurikulum yang digunakan akan dapat diketahui aspek-aspek apa yang
akan dievaluasi. Untuk mengetahui aspek-aspek evaluasi kurikulum, dapat dilihat
dari perspektif model evaluasi kurikulum. Model Tayler, misalnya, mengutamakan
hasil belajar peserta didik sebagai aspek penting dalam evaluasi kurikulum,
sedangkan Scriven menekankan dari segi formatif dan sumatif. Menurut Arich Lewy
(1977) dalam Zainal Arifin (2011) aspek-aspek evaluasi kurikulum harus sesuai
dengan tahap-tahap dalam pengembangan kurikulum, yaitu penentuan tujuan umum,
perencanaan, uji coba dan revisi, uji lapangan, pelaksanaan kurikulum, dan
pengawasan mutu.[6]
2.2
Desain Pengembangan Kurikulum
Desain
kurikulum menyangkut pada pola pengorganisasian unsur-unsur atau komponen kurikulum. Penyusunan
desain kurikulum dapat di lihat dari dua dimensi, yaitu dimensi horizontal dan
dimensi fertikal. Dimensi horizontal berkenaan dengan penyusunan dari lingkup isi
kurikulum. Susunan lingkup ini di integrasikan dengan proses belajar dan
mengajar. Dimensi vertical menyangkut penyusunan sekuens bahan ajar
berdasarkan tingkat kesukaran. Bahan tersebut disusun mulai dari yang mudah, kemudian
menuju pada yang lebih sulit, atau mulai dari yang dasar kemudian dengan yang lanjutan.
Berdasarkan
pada apa yang menjadi fokus pengajaran, terdapat
tiga pola desain kurikulum, yaitu :
1.
Subject
centered design adalah suatu
desain kurikulum yang berpusat pada bahan ajar.
2.
Learner
centered design adalah suatu
desain kurikulum yang mengutamakan peranan siswa.
3.
Problem
centered design adalah desain
kurikulum yang berpusat pada masalah-masalah yang dihadapi dalam masyarakat.[7]
A.
Subjec
Centered Design.
Subjec
centered design merupakan bentuk desain
yang paling popular, paling tua dan paling banya digunakan. Dalam Subjec centered
design, kurikulum di pusatkan pada isi atau materi yang akan diajarkan. Kurikulum
tersusun atas sejumlah mata pelajaran,dan mata pelajaran tersebut diajarkan
secara terpisah-pisah. Subjec centered berkembang dari konsep pendidikan klasik yang
demenekankan pada pengetahuan,nilai-nilai dan warisan budaya masa lalu,dan
berupaya untuk mewariskan kepada generasi berikutnya.Karena mengutamakan isi
atau bahan ajar ,maka desain kurikulum ini disebut juga subject academic
curriculum.
Kelebihan model
design kurikulum :
1.
Mudah
disusun, dilaksanakan, dievaluasi dan disempurnakan.
2.
Para
pengajar tidak perlu di persiapkan khusus, asal menguasai ilmu atau bahan yang akan
diajarkan yang sudah di kuasai oleh pengajar.
Kekurangan
model design kurikulum :
1.
Karena
pengetahuan yang di berikan secara terpisah-pisah, hal itu berentangan dengan
kenyataan, sebab dalam kenyataan pengetahuan itu merupakan suatu kesatuan.
2.
Karena
mengutamakan bahan ajar maka peran peserta didik sangat pasif.
3.
Pengajaran
lebih menekankan pada pengetahuan dan kehidupan masa lalu,dengan demikian
pengajaran lebih bersifat verbalistis dan kurang praktis.[8]
Pada model subject centered design curriculum
di bagi menjadi tiga bagian yaitu :
1.The Subject Design
The
subject design merupakan bentuk desain yang paling murni dari subject centeren
design. Materi pelajaran di sajikan secara terpisah-pisah dalam bentuk mata
–mata pelajaran. Model desain ini telah ada sejak lama. Pada abad ke 19
pendidikan tidak lagi di arahkan pada pendidikan umum ( liberart), tetapi pada
pendidikan yang bersifat praktis, berkenaaan dengan mata pencaharian (
pendidikan vokasional).
Pada saat itu mulai berkembang
mata-mata pelajaran fisika, kimia, biologi ,bahasa yang masih bersifat
teoritis, juga berkembang mata-mata pelajaran praktis seperti pertanian, ekonomi,
tata buku, kesejahteraan keluarga, keterampilan, dan lain-lain. Isi pelajaran
diambil dari pengetahuan dan nilai-nilai yang telah di temukan oleh ahli-ahli
sebelumnya. Para siswa di tuntut untuk menguasai semua pengetahuan yang
diberikan, apakah mereka menyenangi atau tidak, membutuhkan atau tidak karena
pelajaran-pelajaran tersebut diberikan secara terpisah-pisah, maka siswa menguasainya
pun terpisah-pisah pula. Tidak jarang siswa menguasai bahan hanya pada tahap
hafalan,bahan di kuasai secara verbalistis.
Kelemahan –
kelemahan bentuk kurikulum ini adalah :
1.
Kurikulum
memberikan pengetahuan secara terpisah-pisah, satu terlepas dari
yang lainnya.
2.
Isi
kurikulum di ambil dari masa lalu,terlepas dari kejadian-kejadian yang sedang
berlangsung sekarang.
3.
Kurikulum
ini kurang memperhatiakan minat,kebutuhan,dan pengalaman peserta didik.
4.
Isi
kurikulum berdasarkan sistematika ilmu sering menimbulkan kesukaran di dalam
mempelajari dan menggunakannya.
5.
Kurikulum
lebih mengutamakan isi dan kurang memperhatikan cara penyampaian.Cara
penyampaian utama adalah ekspositori yang menyebabkan peranan siswa pasif.
Kelebihan
kurikulum ini adalah :
1.
Karena
materi pelajaran diambil dari ilmu yang sudah tersusun secara sistematis
logis,maka penyusunannp mudah.
2.
Bentuk
ini memudahkan para peserta didik untuk mengikuti pendidikan di perguruan
tinggi,sebab pada perguruan tinggi umumnya digunakan bentuk ini.
3.
Bentuk
kurikulum ini dapat dilaksanakan secara efisien,karena metode utamanya adalah
metode ekspositori yang di kenal tingkat efisiensinya cukup tinggi.
4.
Bentuk
kurikulum ini sangat ampuh sebagai alat utuk melestarikan dan mewariskan
warisan budaya masa lalu.
2.
The
Disciplines Design.
Pada
disciplinen design,isi kurikulum yang di berikan di sekolah adalah
disiplin-disiplin ilmu.Menurut pandangan ini sekolah adalah makrokosmos dari
dunia intelek,baru kemudian isi dari kurikulum.Para pengembang kurikulum dari
aliran ini berpegang teguh pada disiplin-disiplin ilmu seperti
fisika,biologi,psikologi,sosiologi dan lain-lain.
Perbedaan
desciplnes design dengan subject design salah satunya terletak pada tingkat
penguasaan.desciplines design tidak seperti subject design yang menekankan pada
penguasaan fakta-fakta dan informasi.pada model ini para peserta didik di
dorong untuk memahami logika atau struktur dasar disiplin ilmu,memahami
konsep-konsep,ide-ide dan prinsip-prinsip penting.
Juga didorong untuk memhami cara
mencari dan menemukannya.Hanya dengan menguasai hal-hal itu,peserta didik akan
memahami masalah dan mampu melihat hubungan berbagai fenomena baru.Proses
belajarnya tidak lagi menggunakan pendekatan ekspositori yang menyebabkan
peserta didik lebih banyak pasif,tetapi menggunakan pendekatan inkuri dan deskaveri.
Kelebihan
desciplines design :
1.
Kurikulum
ini bukan hanya memiliki organisasi sistematik dan efektif tetapi juga dapat
memelihara integritas intelektual pengetahuan manusia.
2.
Peserta
didik tidak hanya menguasai serentetan fakta ,prinsip hasil hafalan tetapi
menguasai konsep,hubungan dan proses-proses intelektual yang berkembang pada
peserta didik.
Kelemahan
desciplines design :
1.
Belum
dapat memberikan pengetahuan terintegrasi.
2.
Belum
mampu mengintegrasikan sekolah dengan masyarakat atau kehidupan.
3.
Belum
bertolak dari minat dan kebutuhan atau pengalaman peserta didik.
4.
Susunan
kurikulum belum efisien baik untuk kegiatan belajar maupun untuk penggunanya.
5.
Meskipun
lebih luas di bandingkan dengan subject design tetapi secara akademis dan
intelektual masih cukup sempit.[9]
3.
The
Broad Fields Design
Tujuan pengembangan kurikulum board
fields adalah menyiapkan para peserta didik yang kini hidup dalam dunia
informasi yang sifatya spealistis, dengan pemahaman yang bersifat menyeluruh.
Bentuk kurikulum ini banyak digunakan disekolah dasar dan seklah menengah
pertama, di sekolah menengah penggunaannya agak terbatas apalagi di Perguruan
Tinggi sedikit sekali .
Kelebihan
Board fields :
1.
Karena
dasarnya bahan yang terpisah-pisah,walaupun sudah terjadi penyatuan beberapa
mata kuliah masih memungkinkan peyusunan warisan-warisan budaya secara
sistematis dan teratur.
2.
Karena
mengintegrasikan beberapa mata kuliah memungkinkan peserta didik melihat
hubungan antara berbagai hal.
Kelemahan
Board fields
1.
Kemampuan
guru untuk tingkat sekolah dasar guru
mampu menguasai bidang yang luas,tetapi untuk tingkat yang lebih tingi,apalagi
di perguruan tinggi sukar sekali.
2.
Karena
bidang yang di pelajari luas, maka tidak dapat diberikan secara mendetail,yang
diajarkan hanya permukaannya saja.
3.
Pengintegrasian
bahan ajar sedikit sekali,tidak menggambarkan kenyataan,tidak memberikan
pengalaman yang sesungguhnya bagi siswa,dengan demikian kurang membangkitkan
minat belajar.
4.
Meskipun
kadarnya lebih rendah,dibandingkan dengan subject design tetapi model ini tetap
menekankan penguasan bahan dan informasi.Kurang menekankan proses pencapaian
tujuan yang sifatnya afektif dan kognitif tingkat tinggi.
B.
Learner-centered
design.
Learner-centered design merupakan
penyempurnaan terhadap beberapa kelemahan dari subject centered design. Desain
ini mengutamakan peranan isi dari kurikulum. Learner centered,member tempat
utama kepada peserta didik. Didalam
pendidikan, yang belajar dan berkembang adalah perserta didik sendiri. Guru atau pendidik hanya berperan menciptakan
situasi belajar mengajar, mendorong atau memberikan bimbingan sesuai dengan
kebutuhan peserta didik. Learner centered design bersumber dari konsep Rousseau
tentang pendidikan alam,menekankan perkembangan peserta didik.
Ciri-ciri utama yang membedakan
desain model learner centered dengan subject centered :
1.
Lerner
centered design mengembangka kurikulum dengan bertolak dari peserta didik dan
bukan dari isi.
2.
Kurikulum
di kembangkan bersama antara guru dengan siswa dalam penyelesaian tugas-tugas
pendidikan.
C.Problem Centered Design
Mengutamakan
peranan manusia. Konsep pendidikan para pengembang model kurikulum ini berangkat
dari asumsi bahwa manusia sebagai makhluk social selalu hidup bersama. Konsep-konsep
ini menjadi landasan pula dalam pengembangan kurikulum. Problem centered design
menekankan pada isi maupun perkembangan peserta didik. Ada
dua variasi model desain kurikulum ini, yaitu :
1.
The
Areas of Living Design
Areas of Living desain menekankan
prosedur belajar melalui pemecahan masalah dalam prosedur belajar ini tujuan
bersifat proses dan bersifat isi di integrasikan.
Desain ini mempunayi beberapa
kebaikan dari pada desain-desain lainnya. Yang pertama, the
areas of living design merupakan the subject mater design tetapi dalam bentuk
yang terintegrasi. Kedua,desain ini mendorong penggunaan prosedur dalam pemecahan
masalah. Ketiga,menyajikan
bahan ajar dalam bentuk yang relevan,yaitu untuk memecahkan masalah-masalah
dalam kehidupan. Keempat desain tersebut menyajikan bahan ajar yang fungsional. Kelima,motivasi
belajar datang dari dalam diri peserta didik,tidak perlu di rangsang dari luar.
Kelemahan model desain ini. Pertama, penentuan
lingkup dan sekuens dari bidang-bidang kehidupan yang sangat esensial sangat
sukar,timbul organisasi isi kurikulum yang berbeda. Kedua,lemahnya
atau kurangnya integeritas dan kontinuitas organsasi isi kurikulum.
2.
The
Core design.
Timbul sebagai reaksi utama kepada
separate subject design yang sifatnya terpisah-pisah dalam
mengintegrasikan bahan ajar, mereka memilih mata pelajaran atau bahan ajar tertentu sebagai
inti. Menurut
konsep ini inti-inti bahan ajar di pusatkan pada kebutuhan individual dan
social.
The core kurikulum diberikan
guru-guru yang memiliki penguasaan dan berwawasan luas bukan spesialis. Ada
beberapa variasi core kurikulum :
1.
The
separate subject core.
2.
The
correlated core.
3.
The
fused core.
4.
The
activity / experience core.
5.
The
areas of living core.
6.
The
social problem core.[10]
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1. Komponen pokok kurikulum ada empat, yaitu tujuan, isi/materi,
proses, dan evaluasi. Komponen - komponen tersebut harus ada kesesuaian, saling berhubungan dan ketergantungan,
sehingga membentuk sebuah sistem.
2.
Desain pengembangan kurikulum terbagi
menjadi tiga pola, yaitu Subject centered
design, Learner centered design, dan Problem
centered design. Setiap pola
memiliki kelebihan maupun kekurangan masing – masing.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin,Zainal.2011.Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum.
Bandung:Remaja
Rosdakarya.
Hamalik,
Oemar.2008.Dasar-dasar Pengembangan
Kurikulum.
Bandung:Remaja Rosdakarya.
Idi,
Abdullah.2007.Pengembangan Kurikulum
Teori & Praktik.
Yogyakarta:Ar
Ruzz Media.
Sukmadinata,
Nana S.2013. Pengembangan Kurikulum Teori
dan Praktek.
Bandung:Remaja Rosdakarya.
[1] Abdullah
Idi,Pengembangan Kurikulum Teori &
Praktik,Ar-Ruzz Media,Jogjakarta,2011.hlm 53.
[2] Ibid, hlm.
55-57.
[3] Zainal
Arifin,Konsep dan Model Pengembangan
Kurikulum,PT Remaja Rosdakarya,Bandung,2011,hlm.89-90.
[4]
Ibid,hlm.92-93.
[5] Oemar
Hamalik,Dasar-dasar Pengembangan
Kurikulum,PT Remaja Rosdakarya,Bandung,2007,hlm.191.
[6] Zainal
Arifin,Konsep dan Model Pengembangan
Kurikulum,PT Remaja Rosdakarya,Bandung,2011,hlm.93-94.
[7] Nana S
Sukmadinata,Pengembangan Kurikulum Teori
dan Praktek, PT Remaja Rosdakarya,Bandung,2013,hlm.113.
[8]
Ibid,hlm.113-114.
[9]
Ibid,hlm.115-117.
[10]
Ibid,hlm.117-123.
Termakasih banyak mbak semoga allah membalas kebaikan mbak
BalasHapusTermakasih banyak mbak semoga allah membalas kebaikan mbak
BalasHapus