Sejak awal permasalahan teologis dikalangan umat Islam telah
terjadi perbedaaan dalam bentuk praktis maupun teoritis. Perbedaan tersebut
tampak melalui perdebatan dalam masalah
kalam yang ahirnya menimbulkan berbagai aliran-aliran dalam Islam.
Dalam perdebatan tentang teologi ini, yang diperdebatkan
bukanlah akidah-akidah pokok seperti iman kepada Allah, kepada malaikat dan
lain sebagainya, melainkan perdebatan masalah akidah cabang yang membahas
bagaimana sifat Allah, Al-Qur’an itu baru ataukah qodim, malaikat itu termasuk
golongan jin atau bukan, dan hal-hal yang berkaitan dengan itu.Sejak dahulu hal
itu diperdebatkan oleh ahli Ilmu Kalam dan ahli Ilmu Tauhid sampai mereka lupa
bahwa sesama muslim harus bermusyawarah dalam mengentaskan masalah yang sulit.
Tetapi malahan mereka cekcok dan saling bermusuhan sesamanya.Pebedaan tersebut ahirnya menimbulkan
berbagai macam aliran diantaranya seperti Khawarij, Syiah, Murji’ah, Mu’tazilah, Jabariyah dan Qodariyah,
Asy’ariyah dan Maturidiyah.
Allah
adalah pencipta alam semesta ini, termasuk juga semua yang ada
di dalamnya, mulai dari tumbuh-tumbuhan, hewan dan manusia. Allah bersifat
Mahakuasa, maha mengatur dan mempunyai kehendak yang bersifat mutlaq. Maka
timbul pertanyaan, sampai dimanakah manusia sebagai ciptaan Allah, apakah
manusia bergantung 100% kepada taqdir Allah Swt dalam menjalani hidupnya?
ataukah manusia mempunyai kemerdekaan dalam mengatur hidupnya tanpa bergantung
pada taqdir?Dalam bab ini kita akan
membahas sedikit banyak tentang aliran Mu’tazilah,Asyariyah ,Qodariyah dan
Jabariyah yang timbul akibat dari adanya
permasalahan-permasalahan kalam.
II. PEMBAHASAN
A. Aliran mu’tazilah
1.
Asal usul mu’tazilah
Secara
harifah kata mu’tazilah
berasal dari kata I’tazala yang berarti berpisah atau memisahkan diri.
Aliran ini muncul sebagai reaksi atas pertentangan antara aliran
Khawarij dan aliran Murji’ah mengenai persoalan orang mukmin yang berdosa
besar. Menghadapi dua pendapat ini, Wasil bin Ata yang ketika itu menjadi murid
Hasan al-Basri, seorang ulama terkenal di Basra, mendahuli gurunya dalam
mengeluarkan pendapat. Wasil mengatakan bahwa orang mukmin yang berdosa besar
menempati posisi antara mukmin dan kafir. Tegasnya, orang itu bukan mukmin dan
bukan kafir.
2.
Ajaran ajarannya
Menurut Al-Baghdady Mu’tazilah dibagi dalam 5 pokok ajaran,
yaitu:[1]
a)
Tauhid (pengesaan)
Golngan mu’tazilah
mengenal pikiran-pikiran fisafat yang tersiar pada masanya dan menggunakan istilah-istilahnya seperti syahs,
jauhar, aradl, hulul, dan
qidam.
b)
Al-adl (keadilan)
Mu’tazilah sangat menekankan bahwa tuhan
itu adil dan tidak berlaku lazim
pada umat manusia.
c)
Wa’d wal wa’id (janji dan ancaman)
Mu’tazilah yakin
bahwa janji Tuhan akan memberikan pahala dan ancamannya
akan menjatuhkan siksa.
d)
Al-manzilah baina al-manzilahtain (tempat diantara dua
tempat)
Kefasikan adalah
suatu hal yang berdiri sendiri antara iman dan kafir..
e)
Amar ma’ruf nahi munkar (perintah kebaikan dan
melarang kejahatan)
Prinsip ini lebih
banyak berhubungan dengan taklif dan fiqih(hukum) daripada kepercayaan atau
tauhid.
3.
Tokoh Tokoh Mu’tazilah
a)
Wasil bin ‘Ata al-Ghazzal (80-131 H atau 699 M)
Pendiri aliran
Mu’tazilah dan yang meletakkan lima ajaran-ajaran Mu’tazilah.
b)
Abu al Huzail al-Allaf (135-226 H atau 753-840 M)
Pemimpin Aliran
Mu’tazilah Basrah.
c)
Ibrahim bin Sayyar An-Nazzam (wafat 231 H atau 845 M)
B. Aliran
Asy’ariyah
1.
Asal usul
Aliran ini muncul sebagai reaksi terhadap paham
Muktazillah yang dianggap menyeleweng dan menyesatkan umat Islam. Nama Al-Asy’ariyah diambil dari nama Abu Al-Hasan Ali
bin Ismail Al-Asy’ari yang dilahirkan dikota Bashrah (Irak) pada tahun 206
H/873 M. Pada awalnya Al-Asy’ari ini berguru kepada tokoh Mu’tazilah waktu itu,
yang bernama Abu Ali Al-Jubai. Dalam beberapa waktu lamanya ia merenungkan dan
mempertimbangkan antara ajaran-ajaran Mu’tazillah dengan paham ahli-ahli fiqih dan
hadist.[2]
2.
Ajaran ajarannya
a)
Tentang Sifat Allah
Menurutnya, Allah mempunyai sifat, seperti al-Ilm
(mengetahui), al- Qudrah (kuasa),
al-Hayah (hidup), as-Sama’ (mendengar), dan al- Basar
(melihat).
b)
Tentang Kedudukan Al-Qur’an
Al-Qur’an adalah firman Allah dan bukan makhluk dalam
arti baru dan diciptakan. Dengan
demikian, Al-Qur’an bersifat qadim (tidak baru).
c)
Tentang melihat Allah Di Akhirat
Allah dapat dilihat di akhirat dengan mata kepala karena
Allah mempunyai wujud.
d)
Tentang Perbuatan-perbuatan manusia itu ciptaan Allah.
e)
Tentang Antropomorfisme
Menurut alAsy’ari, Allah mempunyai mata, muka, dan
tangan, sebagaimana
disebutkan dalam QS Al-'An'am[6]:103
"Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala yang kelihatan; dan Dialah Yang Maha Halus lagi Maha Mengetahui."[3]
"Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala yang kelihatan; dan Dialah Yang Maha Halus lagi Maha Mengetahui."[3]
akan tetapi
bagaimana bentuk Allah tidak dapat diketahui.semua
itu dikatakan la yukayyaf wa la yuhadd
(tanpa diketahui bagaimana cara dan
batasnya)
f)
Tentang dosa Besar
Orang mukmin yang berdosa besar tetap dianggap mukmin
selam ia masih beriman kepada Allah dan
Rasul-Nya.
g)
Tentang Keadilan Allah.Allah adalah pencipta
seluruh alam. Dia milik kehendak mutlak
atas ciptaan-Nya.
3.
Tokoh Tokoh asyariah
a)
Al-Baqillani.
b) Al-Juwaini
c)
Al-Ghazaly
C. Aliran Jabariah
1. Pengertian Jabariyah
Secara
etimologis, Jabariah berasal dari kata “jabara” yang
artinya
“memaksa”.
Secara istilah Jabariah adalah suatu golongan yang
mengatakan
segala perbuatan manusia sesunggungnya datang dari Allah
dengan
kata lain segala perbuatan manusia terpaksa dilakukan.
Ayat
yang menjadi alasan paham ini adalah :
“Allah menciptaan kamu dan apa yang kamu
perbuat” (Q.S. Ash-Shaffat:96)
Sedangkan
secara terminologis, Jabariah adalah nama yang
diberikan
kepada kelompok yang berpendapat bahwa manusia tidaklah
mempunyai
kekuasaan dan kemampuan serta pilihan dalam melakukan
amal
perbuatannya, karena semuanya telah ditentukan oleh kekuasaan
dankehendah
Tuhan. [4]
2. Sebab-Sebab Munculnya Jabariyah
Adapun
mengenai latar belakang lahirnya aliran jabariyah tidak ada penjelasan yang
jelas. Abu Zahra menuturkan bahwa faham ini muncul sejak zaman sahabat dan masa
bani UmayyahKetika itu para ulama membicarakan tentang masalah qadar dan
kekuasaan manusia ketika berhadapan dengan kekuasaan mutlak Tuhan .
Faham jabariah pertama kali diperkenalkan oleh Ja’d bin Dirham kemudian disebarkan
oleh Jahm bin Shafwan dari Khurasan. Dalam sejarah teologi islam, Jahm tercatat
sebagai tokoh yang mendirikan aliran jahmiyah dalam kalangan murji’ah. Ia
adalah sekretaris Suraih bin Al-Haris dan selalu menemaninya dalam gerakan
melawan kekuasaan Bani Umayah.
3.
Tokoh
dan Ajaran Pokok
jabariah ekstrim:
jabariah ekstrim:
a)
Jahm
bin sofyan
v Manusia tidak mampu berbuat apa-apa. Ia tidak
mempunyai daya, tidak mempunyai
kehendak sendiri, dan tidak mempunyai pilihan.
v Surga dan neraka tidak ada yang kekal selain
tuhan.
v Iman adalah ma’rifat atau membenarkan dalam
hati. Dalam hal ini, pendapatnya sama
dengan konsep iman yang dimajukan kaum murjiah.
v Kalam tuhan adalah makhluk. Allah maha suci
dari segala sifat dan keserupaan
dengan manusia seperti berbicara, mendengar, dan melihat.Begitu pula tuhan tidak dapat dilihat dengan indera
mata diakherat kelak.
b)
Ja’ad
bin Dirham:
v Al Qur’an itu adalah makhluk : oleh karena
itu, dia baru. Sesuatu yang baru
itu tidak dapat disifatkan kepada allah.
v Allah tidak mempunyai sifat yang serupa dengan
makhluk seperti berbicara,
melihat dan mendengar.
v Manusia
terpaksa oleh allah dalam segala-galanya.
jabariah moderat,
a)
An
–Najjar
v Tuhan menciptakan perbuatan manusia , tetapi
manusia mengambil bagian atua peran
dalam mewujudkan perbuatan-perbuatan itu.
v Tuhan
tidak dapat dilihat diakherat. Akan tetapi An-Najjar menyatakan bahwa tuhan dapat saja
memindahka potensi hati
(Ma’rif at) pada mata sehingga manusia dapat
melihat tuhan.
b) Adh-Dhirar berpendapat manusia tidak hanya
merupakan wayang.
D. Aliran Qadariah
1.
Pengertian Qadariah
Secara
Etimologi berasal dari bahasa arab yaitu qadara yang berarti
memutuskan (to decreeor to decide). Kata ini juga berarti memiliki
kekuatan atau kemampuan (to posses streng th or ability).
Sedangkan
secara termologis, kata ini diberikan oleh para pengkaji islam kepada
sekelompok orang (ahli kalam) yang mempunyai pendapat bahwa manusia
mempunyai kebebasan dan kekuatan sendiri untuk mewujudkan
perbuatan-perbuatannya.[5]
2.
Sebab-Sebab
munculnya Qadariyah
Ahmad
Amin, adalah pakar teologi yang mengatakan bahwa Qadariyah pertama kali
dimunculkan oleh ma’bad al-jauhani dan Ghilan ad-Dimasyiqi sekitar tahun
70H/689M.[3]
Ditinjau
dari segi politik kehadiran aliran Qadariyah sebagai isyarat menentang
kebijaksanaan politik Bani Umayyah yang dianggapnya kejam. Apabila aliran
Jabariyah berpendapat bahwa khalifah Bani Umayyahmembunuh orang, hal itu sudah
diakdirkan Allah SWT. demikian dan hal ini merupakan topeng kekejamannya, maka
aliran Qadaariyah mau membatasi Qadar tersebut.
3. Ajaran-ajarannya
a. Allah itu adil, maka Allah akan menghukum orang
yang bersalah dan memberi pahala kepada orang yang berbuat baik.
b. Meletakkan posisi manusia
sebagai makhluk yang merdeka dalam tingkah laku dan semua perbuatan, baik dan
buruknya
c. Allah itu Esa, dalam artian
bahwa Allah tidak memiliki sifat-sifat Azaly, seperti ilmu, kudrah dan hayat.
Menurut mereka Allah mengetahui semuanya dengan zatNya, dan Allah berkuasa
dengan zatNya, serta hidup dengan zatNya, bukan dengan sifat-sifat qadimNya
tersebut. Mereka juga mengatakan, kalau Allah punya sifat qadim tersebut, maka
sama dengan mengatakan bahwa Allah lebih dari satu.
d. Takdir merupakan
ketentuan Allah SWT terhadap hukum alam semesta sejak zaman azali,
e. akal manusia mampu
mengetahui mana yang baik dan mana yang buruk, walaupun Allah tidak menurunkan
agama. Agama tidak menyebabkan sesuatu menjadi baik karena diperintahkannya,
dan tidak pula menjadi buruk karena dilarangnya. Bahkan perintah atau larangan
agama itu justru mengikuti keadaan segala sesuatu, kalau sesuatu itu buruk,
tentu saja agama melarangnya, begitu sebaliknya.
4.
tokoh-tokoh aliran qadariah
a.
Ma’bad bin Abdullah al-jauhani Al Bashri
b. Ghailani
al-Dimasyqy
III.PENUTUP
KESIMPULAN
Dari penjelasan diatas
dapat disimpulkan bahwa:
v Mu’tazilah adalah Aliran yang muncul sebagai
reaksi atas pertentangan antara aliran Khawarij dan aliran Murji’ah mengenai
persoalan orang mukmin yang berdosa besar.
v Asy’ariyah adalah Aliran yang muncul sebagai reaksi terhadap paham
Muktazillah yang dianggap menyeleweng dan menyesatkan umat Islam
v Jabariah adalah suatu golongan yang
mengatakan segala perbuatan manusia
sesunggungnya datang dari Allahdengan kata lain segala perbuatan manusia
terpaksa dilakukan.
v Qadariyah adalah aliran yang berpendapat bahwa manusia
mempunyai kebebasan dan kekuatan sendiri untuk mewujudkan
perbuatan-perbuatannya.
DAFTAR
PUSTAKA
Hanafi,A.1980.Pengantar Theologi islam.Jakarta: Pustaka
Al Husna.
Nasution,Harun. 1986.Teologi
Islam. Jakarta: UI-Press.
Nasution, Harun. 1986. Teologi Islam. Jakarta :
Yayasan Penerbit Universitas Indonesia.
Zainuddin. 2000.Ilmu Tauhid Lengkap.Jakarta:
Rineka Cipta.
Zuhri, Ahmad. 2008. Warna-Warni Teologi Islam.
Pekalongan : STAIN Pekalongan.
[1]
A.Hanafi.Pengantar Theologi islam.(Jakarta: Pustaka Al
Husna.1980);hlm.69
[2] Harun
Nasution. Teologi Islam. (Jakarta: UI-Press.1986); hlm. 33
[3]
Zainuddin. Ilmu Tauhid Lengkap.(Jakarta: Rineka Cipta.2000); hlm.
47
[5], Harun Nasution. Teologi Islam. (Jakarta : Yayasan Penerbit
Universitas Indonesia, 1986);hlm.159
Tidak ada komentar:
Posting Komentar