BAB
I
PEMBUKAAN
A.
Latar Belakang
Al-Qur’an
diturunkan untuk membimbing manusia kepada tujuan yang terang dan jalan yang
lurus, menegakkan suatu kehidupan yang didasarkan kepada keimanan kepada Allah
dan risalah-NYA. Juga mengajar mereka dalam menyikapi sejarah masa lalu,
kejadian-kejadian kontemporer. Dan tentang berita-berita masa depan.
Mengetahuai
latar belakang turunnya ayat-ayat Al-Qur’an, akan menimbulkan persepektif dan
menambah khasanah perbendaharaan pengetahuan baru. Dengan mengetahui hal tersebut
kita akan lebih memahami arti dan makna ayat-ayat itu dan akan menghilangkan
keragu-raguan dalam menafrikannya.
Pengetahuan
tentang latar belakang turunnya ayat atau (asbab al nuzul) dianggap sangat
penting oleh para ulama, sehingga banyak diantara mereka yang mengadakan
pengumpulan bahan dan mendalamkan penelitian.
B.
Rumusan Masalah
1. Apa
yang dimaksud dengan ulumul Qur’an?
2. Apa
yang dimaksud dengan ruang lingkup ilmu-ilmu Al-Qur’an?
3. Apa
yang dimaksud dengan Asbab al Nuzul?
4. Apa
saja urgensi dari mengetahui Asbab al Nuzul?
5. Bagaimana
hubungan antara kausalitas dengan Asbab al Nuzul?
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN ULUMUL QUR’AN
Yang dimaksud dengan Ulumul Qur’an
(‘Ulum Al-Qur’an) adalah ilmu-ilmu yang membahas segala sesuatu tentang
Al-Qur’an, mulai dari pengertian Al-Qur’an, pengertian wahyu, sejarah turunya
Al-Qur’an, sejarah pengumpulan Al-Qur’an, makkiyah dan madaniyah, latar
belakang turunnya ayat atau kelompok ayat tertentu, kisah-kisah dalam
Al-Qur’an, mukjizat Al-Qur’an dan lain sebagainya samapai pada pembalasan
tentang Al-Qur’an.
Pengertian
Ulumul Qur’an seperti yang disebutkan dalam alinea di atas dapat kita temukan
dalam definisi yang dibuat oleh para ulama Ulumul Qur’an walaupun tidak dengan
ungkapan yang persis sama. Sebagai contoh mari kita lihat beberapa definisi
berikut ini:
1. Manna’
al-Qaththan
“Ilmu
yang meliputi beberapa pembahasan yang terkait dengan Al-Qur’an, baik dari segi
pengetahuan tentang sebab-sebab turun ayat, pengumpulan Al-Qur’an dan
penyusunannya, pengetahuan tentang makki dan madani, masikh dan mansukh, muhkam
dan mutasyabih dan lain sebagainya yang berhubungan dengan Al-Qur’an.”
2. Muhammad
‘Abd al-Azhim az-Zarqoni
“Beberapa
pembahasan yang berkaitan dengan Al-Qur’an al-Karim, baik dari segi turunnya,
susunan, pengumpulannya, penulisannya, qiraahnya, tafsirnya, kemukjizatannya,
dan menolak tuduhan-tuduhan terhadapnya dan lain-lain sebagainya.”
Jika
ditinjau dari segi bahasa semata, maka semua ilmu yang berkaitan dengan
Al-Qur’an dapat disebut Ulumul Qur’an. Tetapi dalam sejarah ilmu ini, ilmu-ilmu
yang sekalipun berasal dari kajian tentang Al-Qur’an, tetapi sudah menjadi ilmu
sendiri, tidak dimasukkan dalam kategori Ulumul Qur’an. Misalnya ilmu fiqh dan
usul fiqh, sekalipun pada awalnya ilmu itu berasal dari kajian terhadap ayat-ayat
tentang masalah hukum dalam Al-Qur’an, tetapi karena sudah berkembang
sedemikian rupa dan sudah menjadi ilmu sendiri, maka kedua ilmu tersebut tidak
dimasukkan dalam kajian Ulumul Qur’an. Demikian juga ilmu nahwu dan sharf,
sekalipu padan bermula dari kajian terhadap bahasa Al-Qur’an, tetapi karena
sudah berkembang sedemikian rupa sehingga menjadi ilmu berdiri sendiri, maka
ilmu nahwu dan sharf tdak dimasukkan dalam kajian Ulumul Qur’an. Begitu juga
ilmu aqidah atau ilmu tauhid, sekalipun pada mulanya berawal dari pemahamn
terhadap ayat-ayat Al-Q ur’an menyangkut masalah akidah, tetapi karena sudah
berdiri sendiri, maka ilmu ini tidak dimasukkan dalam bagian Ulumul Qur’an.[1]
B. RUANG
LINGKUP ULUMUL QUR’AN
Ruang lingkup adalah segala pembahasan mengenai Al-Qur’an baik langsung
maupun tidak langsung.[2]
Ulumul Qur’an merupakan suatu ilmu yang mempunyai ruang lingkup pembahasan yang
luas. Ulumul Qur’an meliputi semua ilmu yang ada kaitanya dengan
Al-Qur’an, baik berupa ilmu-ilmu agama, seperti ilmu tafsir maupun ilmu-ilmu
bahasa Arab, seperti ilmu balaghah dan ilmu I’rab al-Qur’an. Disamping itu,
masih banyak lagi ilmu-ilmu yang tercakup di dalamnya. Dalam kitab Al- Itqan,
Assyuyuthi menguraikan sebanyak 80 cabang ilmu. Dari tiap-tiap cabang terdapat
beberapa macam cabang ilmu lagi. Kemudian dia mengutip Abu Bakar Ibnu al_Araby
yang mengatakan bahwa ulumul qur’an terdiri dari 77450 ilmu. Hal ini didasarkan
kepada jumlah kata yang terdapat dalam al-qur’an dengan dikalikan empat. Sebab,
setiap kata dalam al-Qur’an mengandung makna Dzohir, batin, terbatas, dan tidak
terbatas. Perhitungan ini masih dilihat dari sudut mufrodatnya. Adapun jika
dilihat dari sudut hubungan kalimat-kalimatnya, maka jumlahnya menjadi tidak
terhitung. Firman Allah :
قُل لَّوْ كَانَ الْبَحْرُ مِدَاداً
لِّكَلِمَـتِ رَبِّى لَنَفِدَ الْبَحْرُ قَبْلَ أَن تَنفَدَ كَلِمَـتُ رَبِّى
وَلَوْ جِئْنَا بِمِثْلِهِ مَدَداً
Katakanlah: Sekiranya lautan
menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan
itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan
tambahan sebanyak itu (pula). (Q.S. Al-Kahfi 109)
C. PENGERTIAN
ASBABUN NUZUL
Secara etimologis asbabun ( ا سبا ب ) adalah bentuk jamak dari sabab (سبب) dengan
arti sebab. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia, sebab adalah hal menyebabkan sesuatu; lantaran; karena dan
(asal) mula. Nuzul artinya turun,
sedangkan turun adalah bergerak dari atas ke bawah; bergerak ke tempat yang
lebih rendah dari pada tempat semula.[3]
Menurut Hasbi
Ash-Shiddieqy, ayat-ayat yang berkenaan dengan hukum, diturunkan kepada Rasul saw untuk menjadi
keterangan bagi sesuatu perkara yang telah kejadian. Kejadian-kejadian yang
sesudahnya Al-Qur’an diturunkan, dinamai: “sebab-sebab
turun ayat atau asbabun nuzul”. Ma’na asbabun nuzul adalah kejadian yang
karenanya diturunkan Al-Quran untuk menerangkan hukumnya di hari timbul
kejadian-kejadian itu dan suasana yang di dalam suasana itu Al-Qur’an
diturunkan serta membicarakan sebab yang tersebut itu, baik diturunkan langsung
terjadi sebab itu, ataupun kemudian lantaran sesuatu hikmat.[4]
Dalam buku lain, Hasbi Ash-Shiddieqy menyatakan sabab an-nuzul ialah suatu kejadian yang terjadi di zaman Nabi saw
atau sesuatu pertanyaan yang dihadapkan kepada Nabi sehingga turunlah satu atau
beberapa ayat dari Allah swt yang berhubungan dengan kejadian itu atau sebagai
jawaban atas pertanyaan itu, baik peristiwa itu merupakan pertengkaran atau
merupakan kesalahan yang dilakukan maupun suatu peristiwa atau suatu keinginan
yang baik.[5]
Asbabun nuzul
juga sebuah peristiwa yang melatarbelakangi pada saat turunnya Al-Quran.
Seperti, peristiwa yang terjadi pada saat turunnya Al-Qur’an, lalu turun satu
atau beberapa ayat yang menjelaskan hukum pada peristiwa tersebut. Atau seperti
pertanyaan yang dihadapkan kepada Rasul saw, lalu turunlah satu ayat atau
beberapa ayat dari Al-Qur’an yang di dalamnya terdapat jawabannya.[6] Sebab-sebab penurunan (Al-Qur’an) atau asbab
al-nuzul juga mempunyai pengertian sesuatu yang karenanya satu atau beberapa
ayat turun membicarakannya atau menjelaskan hukumnya pada hari-hari terjadinya.[7]
D. URGENSI
MENGETAHUI ASBAB AL-NUZUL
Mengetahui asbab al-nuzul sangat penting dalam
memahami ayat-ayat Al Qur’an, terutama menyangkut masalah hukum. Tanpa
mengetahui asbab al-nuzul seorang mufassir dapat melakukan kekeliruan dalam
menetapkan hukum.[8]
Asbab al Nuzul mempunyai banyak faedah, yang
terpenting di antaranya yaitu:
1.
Mengetahui
hikmah pemberlakuan suatu hukum, dan
perhatian syariat terhadap kemaslahatan umum dalam menghadapi segala
peristiwa sebagai rahmat umat.
2.
Memberi batasan
hukum yang diturunkan dengan sebab yang terjadi, jika hukum itu dinyatakan
dalam bentuk umum.
3.
Apabila lafazh
yang diturunkan itu bersifat umum dan ada dalil yang menunjukan
pengkhususannya, maka adanya sebab asbab al nuzul akan membatasi takhshish
(pengkhususan) itu hanya terhadap yang selain bentuk sebab.
4.
Mengetahui sebab
turunnya ayat adalah cara terbaik untuk memahami Al-Qur’an dan menyingkap
kesamaran yang tersembunyi dalam ayat-ayat yang tidak dapat ditafsirkan tanpa
pengetahuan sebab turun-NYA.
5.
Sebab turunnya
ayat dapat menerangkan tentang kepada siapa ayat itu diturunkan sehingga ayat
tersebut tidak diterapkan kepada orang lain karena dorongan permusuhan dan
perselisihan.[9]
E. HUBUNGAN
KAUSALITAS DENGAN ASBAB AL NUZUL
Dalam
bukunya, Studi Ulumul Quran, Manna Khalil al-Qattan, menjelaskan
sejumlah bentuk redaksi yang memberikan kita contoh macam-macam bentuk asbâbun
nuzûl jika dilihat dari redaksi latar belakangnya :
1. Banyak nuzul
dengan satu sebab. Kadang banyak ayat yang turun dengan satu sebab, misalnya
kejadian yang berkenaan dengan posisi perempuan dan laki-laki. Persoalan ini
direspon dengan tiga ayat. Dengan riwayat yang berbeda. Ayat ini, Q.S.Ali Imran
: 195 ; Q.S. Al-Ahzab : 35 & Q.S. An- Nisa : 32.
2.
Penurunan
ayat lebih dahulu daripada hukumnya. Dengan mengutip al-Zarkasyi, al-Qattan mengatakan, ada ayat yang lebih
dahulu turun daripada hukumnya. Contohnya Q.S. al-A’la 87 :06.
3.
Beberapa
ayat turun mengenai satu orang. Kadang sahabat mengalami peristiwa lebih dari satu
kali dan al-Qur’an pun turun mengenai peristiwa tersebut. Seperti peristiwa
yang dialami oleh Saad ibn Malik, mengenai bakti terhadap orang tua. Dia
mengatakan ada empat ayat yang turun tentangku. Q.S Luqman 31:15 ; Q.S, al-Anfal 8:1 ; Q.S al-Baqarah 2:178 dan
beberapa sikap Umar yang berkesesuain dengan alquran
BAB III
PENUTUP
Asbabun
nuzul adalah salah satu materi yang harus dikuasai sebelum mengkaji isi
kandungan Al-Qur’an. Untuk itu pembahasan sangat sederhana di atas tentang
pengertian, asumsi dasar, manfaat, cara mengetahui, Al-Qur’an diturunkan dalaf
tujuh huruf, kaedah, keterbilangan sebab dan ayat yang turun hanya satu,
keterbilangan ayat yang turun sebab hanya satu, dan aplikasi dalam penafsiran
Al-Qur’an dapat sebagai pijakan awal untuk mengkaji teori asbabun nuzul lebih
dalam lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qaththan,
Manna’. 2007. Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an. Jakarta: Pustaka
Al-kautsar
Ar-Rumi, Fahd
bin Abdurrahman. 1996. Ulumul Qur’an
Studi Kompleksitas Al-Qur’an, Yogyakarta: Titian Ilahi
Ash-Shiddiey,
Muhammad Hasbi, Teungku. 2014. Ilmu-ilmu
Al-Qur’an (‘Ulum al-ur’an), cet. ke-3. Semarang: Pustaka Rizki Putra
Ash-Shiddiey, Muhammad Hasbi, Teungku. 1992. Sejarah dan Pengantar Ilmu Al-Qur’an/Tafsir, cet. ke-14, Jakarta:
Bulan Bintang
Ilyas, Yunahar.
2013. Kuliah Ulumul Qur’an.
Yogyakarta: ITQAN Publishing
Pokja UIN Sunan
Kalijaga. 2005. Al-Quran ,
Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga
[1] Yunahar
Ilyas, Kuliah Ulumul Qur’an, cat. 1,
(Yogyakarta: ITQAN Publishing, 2013), hal. 1
[2] Yunahar
Ilyas, Kuliah Ulumul Qur’an, cat. 1,
(Yogyakarta: ITQAN Publishing, 2013), hal. 3
[3] Yunahar
Ilyas, Kuliah Ulumul Qur’an, cat. 1,
(Yogyakarta: ITQAN Publishing, 2013), hal. 119
[4]
M. Hasbi Ash-Shiddieqy, Sejarah dan
Pengantar Ilmu Al-Qur’an/Tafsir, cet. 14, (Jakarta: Bulan Bintang, 1992),
hlm. 64.
[5]
Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddiey, Ilmu-ilmu
Al-Qur’an (‘Ulum al-ur’an), (Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2009), hlm. 18.
[6]
Fahd bin Abdurrahman Ar-Rumi, Ulumul
Qur’an Studi Kompleksitas Al-Qur’an, (Yogyakarta: Titian Ilahi, 1996), hlm.
181.
[7]
Pokja UIN Sunan Kalijaga, Al-Quran ,
(Yogyakarta: Uin Sunan Kalijaga, 2005), hlm. 76.
[8] Yunahar
Ilyas, Kuliah Ulumul Qur’an, cat. 1,
(Yogyakarta: ITQAN Publishing, 2013), hal. 135
[9]
Syaikh Manna’ Al-Qathtan, Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an, (Jakarta:
Pustaka Al-kautsar,2006), hlm.96.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar