Rabu, 08 Oktober 2014

Resume Tauhid



Resume Tauhid

BAB I
PENGERTIAN ILMU TAUHID
1.        Pengertian  Tauhid
Secara etimologis, “tauhid” berarti “menjadikannya esa”. Mentauhidkan Allah berarti menjadikan, mengakui, dan meyakini bahwa Allah itu esa. Sedangkan ilmu tauhid berarti ilmu yang membahas mengenai bagaimana cara mengetahui, mengakui, dan meyakini bahwa Allah itu Esa.
Secara terminologi ilmu tauhid adalah ilmu yang membahas mengenai wujud Allah dan segala yang bertalian denganNya berdasarkan dalil-dalil yang meyakinkan, agar supaya dengan ilmu tersebut manusia dapat men-tauhid-kan Allah.
2.        Obyek kajian Ilmu Tauhid
Obyek kajian ilmu tauhid adalah Allah dan segala yang terkait denganNya, baik dzat, sifat, maupun perbuatan Allah, segala yang wajib ada padaNya dan segala yang mustahil ada padaNya, dan segala yang diciptakan oleh Allah.
3.        Tujuan mempelajari Ilmu Tauhid
Tujuannya adalah agar supaya dengan ilmu tersebut manusia bisa mengetahui Allah (ma’rifatulla) dengan segala hal yang wajib ada padaNya dan yang mustahil ada padaNya, kemudian bisa membenarkanNya (tashdiquhu), dan kemudian meng-Esa-kanNya (tauchidullah)
4.        Beberapa konsep dasar mengenai Iman, Kufr, Nifaq, dan Syirk
Dalam kamus “ta’rifat” iman berarti “membenarkan dalam hati, meyakini dalam hati, dan mengucapkan atau mengikrarkannya dengan lisan”. Iman dibagi menjadi 5 macam:
a.         Iman yang sudah paten (al-iman al-mathbu), yaitu imannya para malaikat
b.         Iman yang selalu terjaga (al-iman al-ma’sbun), yaitu imannya para nabi
c.         Iman yang diterima (al-iman al-maqbul), yaitu imannya para orang-orang mukmin
d.        Iman yang terhenti (al-iman al-mauquf), yaitu imannya orang-orang yang berbuat bid’ah
e.         Iman yang ditolak (al-iman al-mardud), yaitu imannya oorang-orang munafik.
Kafir secara bahasa berarti tertutup. Orang kafir adalah orang yang tidak bisa mengetahui dan memahami Allah dan segala yang datang dari Allah, sehingga tidak bisa percaya kepadaNya, dan cenderung melakukan maksiat kepada Allah. Kafir dibagi menjadi 4 macam
a.         Kafir Ingkar, yakni orang yang tertutup hati dan lisannyasehingga tidak dapat mengetahui dan memahami tauhid.
b.         Kafir Juchud, yakni orang yangg hatinya mengetahui dan memahami (Allah), tetapi tidak mau mengikrarkan dengan lisannya.
c.         Kafir yang bersikap menentang, yakni orang yang mengetahhui Allah dengan hatinya dan mau menyatakan dengan lisannya, tetapi ia tidak mau mengakui agama Allah karena rasa dengki dan menentang agama Allah.
d.        Kafir Nifak, yakni orang yang menyatakan iman dengan lisannya tetapi hatinya kafir dan tidak percaya.
Munafik (al-nifaq). Secara bahasa, munafik adalah berbeda antara apa yang ada didalam batin dengan apa yang ada diiluarnya. Secara istilah munafik adalah orang yang mengaku dirinya percaya didalam hati, tetapi sebenarnya hatinya tidak percaya atau kafir. Dalam hadits diterangkan bahwa ciri-ciri orang munafik adalah suka berkata dusta, suka mengingkari janji, dan suka berkhianat.
Syirik (al-syirk). Secra bahasa syirik adalah mancampuradukkan antara dua hal. Syirik adalah meyakini adanya banyak Tuhan.

BAB II
TAUHID DZAT, SIFAT, RUBUBIYYAH, DAN ULUHIYYAH
1.        Tauhid Dzat, Sifat, Rububiyyah, dan Uluhiyyah
Tauhid adalah merupakan aqidah dan keimanan, yang dengannya manusia bisa mendapatkan kebahagiaan. Ilmu tauhid dan ilmu kalam adalah sama-sama membahas mengenai aqidah, yakni akidah tauhid.tema pokok dan obyek kajian dari ilmu ini adalah Dzat Allah, sifat-sifat Allah, perbuatan-perbuatan Allah, Dzat Rasul dan persoalan-persoalan lainnya berkaitan dengan penciiptaan alam.
Dzat adalah sesuatu itu sendiri, dan inti dari sesuatu itu. Dzat lebih umum jika dibandingkan dengan pribadi, karena dzat dikaitkan dengan badan dan yang lainnya, sedangkan pribadi hanya dihubungkan dengan badan. Dzat adalah sesuatu yang berdiri sendiri. Sedangkan Dzat Allah menurut Ibnu Sina, adalah wujud Allah itu sendiri, dan bersiffat mutlak. Dzat Allah, lanjut Ibnu Sina, tidak tersusun dari pada dzat yang lain yang datang dari luar, karena Dzat Tuhan berlainan dengan semua dzat yang ada. Dzat Tuhan tidak ada batasnya, tidak ada jenisnya, dan tidak dapat dibagi-bagi.
Allah adalah mutlak, baik Dzat maupun sifatNya. Sebagai tema dan objek pengetahuan, Dzat dan Sifat Allah tidaklah tampak dalam realitas, dan tidak bisa dibedakan dengan yang lainnya, dalam berbagai relitas yang ada didunia ini.

BAB III
HAL-HAL YANG MENGOTORI AQIDAH DAN HUBUNGAN ANTARA IMAN,ISLAM, DAN IHSAN
1.        Hal-hal yang mengotori Aqidah
Kafir. Orang kafir adalah orang yang tidak bisa mengetahui dan memahami Allah dan segala yang datang dari Allah, sehingga tidak bisa percaya kepadaNya, dan cenderung melakukan maksiat kepada Allah.
Munafik (al-nifaq). Secara bahasa, munafik adalah berbeda antara apa yang ada didalam batin dengan apa yang ada diiluarnya. Secara istilah munafik adalah orang yang mengaku dirinya percaya didalam hati, tetapi sebenarnya hatinya tidak percaya atau kafir.
Syirik (al-syirk). Seacra bahasa syirik adalah mancampuradukkan antara dua hal. Syirik adalah meyakini adanya banyak Tuhan.

BAB IV
KONSEP “TAKDIR” DALAM PENINGKATAN MUTU SUMBER DAYA MANUSIA DAN HUBUNGAN ANTARA AKAL DAN WAHYU
1.        Konsep “taqdir” dalam Peningkatan Mutu Sumber Daya Manusia
Percaya terhadap takdir Tuhan mengandaikan adanya sebuah prosses yang menyangkut dua hal penting, yaitu adanya sebuah aktivitas manusia yang dinamakan “percaya” atau “iman” dan pemahaman mengenai “takdir” sebagai sesuatu yang harus dipahami dan dipercayai. Jadi, adanya aktivitas “percaya” mengandaikan adanya aktivitas yang mendahuluinya yaitu “memahami” takdir.
2.        Makna dan Kebenaran “Takdir” Allah
a.       Takdir dan bahasa
Takdir ada dan diakui kebenaranya oleh manusia berdasarkan informasi yang datang dari Allah (wahyu) dalam bentuk Al Qur’an maupun Hadits. Wahyu diturunkan oleh Allah kepada Rasulullah dalam bentuk bahasa Arab, sebagai bahasa yang dipilih oleh Allah untuk memahamkan kepada manusia tentang makna dan kebenaran takdir Allah.
b.      Problem memahami Takdir Allah
Selama ini, para ulama memahami takdir sebagai ketetapan Allah yang bersifat azali, akan tetapi disisi lain mereka juga mengakui adanya takdir pada saat manusia diciptakan didalam kandungan , yang mengandung arti hadits atau baru dan bukan azali, sebuah pemahaman yang bertentangan denga pemahaman yang pertama.
c.       Makna Takdir Allah
Takdir memiliki beberapa makna, diantaranya adalah hukum, ketetapan, kekuatan, daya, potensi, ukuran, ketetapan yang sesuai dan batasan. Jadi, takdir adalah hukum Allah. Hukum yang ditetapkan berdasarkan pada kekuatan, daya, potensi, ukuran, dan batasan yang ada pada sesuatu yang ditetapkan hukumnya. Setiap unsur terkecil dialam semesta memiliki hukum atau takdirnya masing-masing yang sudah ditetapkan oleh Allah secara rinci dan detail, yang berarti juga memiliki hukum, potensi, sifat dan karakteristiknya masing-masing.
Takdir Allah memiliki arti yang sama dengan qadla yaitu “hukum” yang bersifat rinci. Ini berarti bahwa takdir Allah bersifat rinci dan detail (tafsily) bukan global (ijmaliy), juga tidak bertingkat-tingkat seperti azali, tsanawi atau hauli, ‘umri, yaumi, dan ilmi, kitabi atau kitabah, musyiah dan khalqi, akan tetapi terus berlangsung dan berlanjut setiap saat disetiap tempat atau azali. Semua takdir Allah diketahui, ditulis, dikehendaki, dan dicipta oleh Allah dalam bentuk “Program Besat Allah”.
3.        Akal dan Wahyu
Al Qur’an tidak terpisah dari realitas, tidak melangkahi, atau melampaui hukum-hukuum realitas, justru fenomena tersebut merupakan bagian dari konsep-konsep budaya dan muncul dari konvensi dan konsepsi budaya itu.
Allah berfirman dalam surat Al-Imran ayat 179 yang artinya
“mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah)”.

BAB V
AQIDAH POKOK DAN CABANG SERTA FUNGSI TAUHID BAGI KEHIDUPAN MANUSIA
1.        Pengertian aqidah pokok dan cabang
Beberapa perbedaan antara aqidah pokok dan cabang
a.       Aqidah pokok terlahir karena adanya kemapanan, kesatuan dan keutuhan umat islam, karena tiap persoalan yang muncul selalu dapat diselesaikan dan diterima secara bulat. Sedangkan aqidah cabang muncul sebagai akibat adanya perpecahan dan perbedaan dikalangan umat islam yang tidak dapat disatukan.
b.      Aqidah pokok terwujud karena tidak terdapat unsur-unsur kepentingan kelompok didalamnya, sedangkan aqidah cabang berkembang sejalan dengann berbagai kepentingan kelompok yang bberbeda, terutama klaim-klaim kebenaran guna mempertahankan kelompok masing-masing.
c.       Aqidah pokok secara murni didasarkan kepada Al Qur’an dan tuntunan Nabi, sedangkan aqidah cabang umumnya didasarkan kepada penafsiran dan pemahaman masing-masing sehingga muncul perbedaan.
d.      Dalam aqidah pokok umumnya tidak menimbulkan perbedaan pendapat, sedangkan dalam akidah cabang indentik dengan perdebatan dan perbedaan pendapat.
2.        Cakupan Aqidah Pokok
a.       Iman kepada Allah
Iman kepada Allah berarti juga mengimani segala sifat-sifatNya yang dapat diklasifikasikan menjadi empat yaitu:
1)   Sifat nafsiyah, yaitu sifat yang berhubungan dengan dzat Allah SWT. Sifat ini adalah wujud.
2)   Sifat Salbiyah, yaitu sifat Allah yang menolak sifat-sifat yang tidak sesuai atau tidak layak bagi Allah, yaitu: Qidam menolak huduts, Baqa’ menolak fana, Mukhalafatililhawaditsi menolak mumatsalatulil-hawaditsi, Qiyamuhubinafsihi menolak ihtiyajuhu ila ghairihi, dan Wahdaniyah menolak atta’addudu
3)   Sifat Ma’ani, yaitu sifat-sifat wajiib bagi Allah yang dapat digambarkan oleh akal pikiran mmanusia, serta dapat meyakinkan orang lain seba kebenarannya dapat dibuktikan oleh pancaindera. Yang termasuk sifat ini adalah : qudrat, iradat, ilmu, hayat, sama’, bashhar, kalam.
4)   Sifat Ma’nawiyah, ialah sifat-sifat Allah yang merupakan pennjabaran dari sifat ma’ani, yaitu: kaunuhu qadiran, kaunuhu muridan, kaunuhu ‘aliman, kaunuhu bayyan, kaunuhu sami’an, kaunuhu bashiran, kaunuhu matakalliman.
b.      Iman kepada malaikat
Malikat diciptakan olehh Allah dari nur (cahaya). Jumlah malaikat Allah banyak sekali, tetapi yang wajib diketahui oleh manusia brjumlah 10 dengan tugasnya masing-masing.
c.       Iman kepada kitab-kitab Allah
Artinya, mayakini bahwwa Allah telah menurunkan kitab-kitab kepada para  nabi. Tujuan Allah menurunkan kitab-kitab adalah agar menjadi pedoman hidup umat manusia menuju jalan hidup yang benar sesuai dengan kehendak Allah sehingga mencapai kebahagiaan hidup dunia dan akhirat.
Kitab-kitab yang diturunkan Allah ada 4, yaitu:
1)   Taurat diturunkan kepada Nabi Musa a.s.
2)   Zabur diturunkan kepada Nabi Daud a.s.
3)   Injil diturunkan kepada Nabi Isa a.s.
4)   Al Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW
d.      Iman kepada Rasul-rasul Allah
Iman kepada rasul-rasul Allah artinya mempercayai bahwa Allah SWT telah mengutus para RasulNya untuk menyampaikan ajaran agama dan membimbing umat manusia pada jalan yang lurus.
e.       Iman kepada Hari Kiamat
Tanda-tanda kiamat sughra (kecil)
1)   Ilmu agama dianggap tidak penting.
2)   Ahli agama banyak yang meninggal dan tidak ada penggantinya.
3)   Kebodohan mewabah dimana-mana
4)   Perzinaan merajalela
5)   Minuman keras dijual bebas
Tanda-tanda kiamat kubra (besar)
1)   Matahari terbit dari barat
2)   Munculnya binatang aneh yang mampu bercakap-cakap
3)   Turunan Imam Mahdi
4)   Munculnya Al Masih ad Dajjal (penggembala yang banyak dustanya)
5)   Turunnya Nabi Isa a.s.
f.       Iman kepada Qada dan Qadar
Qada adalah kepastian sedangkan Qadar  ialah ketentuan. Beriman kepada qada dan qadar ialah setiap manusia wajib mempercayai bahwa atas dirinya ada kepastian dan ketentuan yang telah digariskan oleh Allah sejak zaman Azali.
3.        Cakupan Aqidah Cabang
a.       Tuhan
b.      Malaikat
c.       Wahyu/Kitab-kitab
d.      Nabi atau Rasul
e.       Takdir atau Sunnatullah
4.        Fungsi Tauhid Bagi Kehidupan Manusia
Dalam kontek pengembangan umat, tauhid berfungsi antara lain mentransformasikan setiap individu yang meyakininya menjadi manusia yang lebih kurang ideal dalam arti memiliki sifat-sifat mulia yang membebaskan dirinya dari setiap belenggu sosial, polotik,ekonomi dan budaya.

BAB VI
ALIRAN-ALIRAN TEOLOGI ISLAM PERIODE KLASIK DAN MODERN
1.        Aliran-aliran teologi iaslam masa klasik
a.       Khawarij
Khawarij dalam terminologi ilmu kalam adalah suatu sekte/aliran/kelompok pengikut Ali Bin Abi Tholib yang keluar meninggalkan barisan karena tidak setuju dengan keputusan Ali yang menerima arbitrase dengan pihak Mu’awiyah.
b.      Murji’ah
Murji’ah diambil dari kata irja atau arja’a yang bermakna penundaan, penangguhan, dan pengharapan. Oleh karena itu, golongan murji’ah diartikan orang yang menunda atau menangguhkan penjelasan kedudukan orang yang bersengketa, yakni Ali dan Mu’awiyah serta pasukannya masing-masing hingga hari kiamat kelak.
c.       Jabariah
Kata jabariyah berasal dari kata jabara yang berarti memaksa. Disalam kamus Al Munjid dijelaskkan bahwa nama jabariyah berasal dari kata jabara yang berarti memaksa dan mengharuskannya melakukan sesuatu. Dari pengertian kata tersebut, dalam aliran teologi faham jabariyah didefinisikan sebagai aliiran yang berpenapat bahwa semua perbuatan manusia didunia telah ditentukan oleh Allah.
d.      Qadariyah
Qadariyah berasal ddari bahasa Arab, yaitu dari kata qadara yang artinya kemampuan atau kekuatan. Adapun menurut terminologi ilmu kalam, Qadariyah adalah suatu aliran yang percaya bahwa segala perbuatan manusia tidak ditentukan oleh Tuhan. Aliran ini berpendapat bahwa tiap-tiap orang adalah penentu dan pencipta perbuatannya sendiri.
e.       Mu’tazilah
Secara harfiah, kata Mu’tazilah berasal dari i’tizala yang berarti berpisah atau memisahkan diri, yang berarti juga menjauh atau menjauhkan diri. Golongan mu’tazilah dikenal sebagai kelompok rasionalis, sebab mereka memberikan peran dan fungsi yang sangat besar kepada akal dalam kehidupan manusia.
f.       Asy’ariyah
Asy’ariyah adalah salah satu aliran dalam teologi islam periode klasik yang namanya dinisbatkan kepada nama pendirinya, yaitu Hasan Ali bin Ismail Al Asy’ari.
2.        Aliran-aliran teologi islam masa modern
a.       Syekh Muhammad Abduh
Pemikiran teologisnya sebagai berikut:
1)   Kedudukan akal dan fungsi wahyu
2)   Kebebasan manusia dan fatalisme
3)   Sifat-sifat Tuhan
4)   Kehendak mutlak Tuhan
5)   Antropomorfisme
6)   Melihat Tuhan
7)   Perbuatan Tuhan
b.      Muhammad Iqbal
Beberapa pemikiran Iqbal antara lain:
1)   Jati diri manusia
2)   Dosa
3)   Surga dan Neraka
c.       Ismail Raji al-Faruqi
Pemikiran teologi Al-Faruqi dibangun atas dasar koonsep tauhid. Tauhid inilah yang memberikan pengaruh pada perilaku dan pemikiran seorang muslim.
d.      Hasan Hanafi
Pemikiran teologisnya antara lain
1)   Kritik terhadap teologi tradisional
2)   Rekonstruksi teologi
e.       Harun Nasution
Pemikirannya sebagai berikut:
1)   Peranan akal
2)   Pembaharuan teologi
3)   Hubungan antara akal dan wahyu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar