Resume Tauhid
BAB
I
PENGERTIAN ILMU TAUHID
PENGERTIAN ILMU TAUHID
1.
Pengertian Tauhid
Secara
etimologis, “tauhid” berarti “menjadikannya esa”. Mentauhidkan Allah berarti menjadikan,
mengakui, dan meyakini bahwa Allah itu esa. Sedangkan ilmu tauhid berarti ilmu
yang membahas mengenai bagaimana cara mengetahui, mengakui, dan meyakini bahwa
Allah itu Esa.
Secara
terminologi ilmu tauhid adalah ilmu yang membahas mengenai wujud Allah dan
segala yang bertalian denganNya berdasarkan dalil-dalil yang meyakinkan, agar
supaya dengan ilmu tersebut manusia dapat men-tauhid-kan Allah.
2.
Obyek kajian
Ilmu Tauhid
Obyek kajian ilmu
tauhid adalah Allah dan segala yang terkait denganNya, baik dzat, sifat, maupun
perbuatan Allah, segala yang wajib ada padaNya dan segala yang mustahil ada
padaNya, dan segala yang diciptakan oleh Allah.
3.
Tujuan
mempelajari Ilmu Tauhid
Tujuannya adalah agar
supaya dengan ilmu tersebut manusia bisa mengetahui Allah (ma’rifatulla) dengan segala hal yang wajib ada padaNya dan yang
mustahil ada padaNya, kemudian bisa membenarkanNya (tashdiquhu), dan kemudian meng-Esa-kanNya (tauchidullah)
4.
Beberapa konsep
dasar mengenai Iman, Kufr, Nifaq, dan Syirk
Dalam kamus “ta’rifat”
iman berarti “membenarkan dalam hati, meyakini dalam hati, dan mengucapkan atau
mengikrarkannya dengan lisan”. Iman dibagi menjadi 5 macam:
a.
Iman yang sudah
paten (al-iman al-mathbu), yaitu imannya para malaikat
b.
Iman yang selalu
terjaga (al-iman al-ma’sbun), yaitu imannya para nabi
c.
Iman yang
diterima (al-iman al-maqbul), yaitu imannya para orang-orang mukmin
d.
Iman yang
terhenti (al-iman al-mauquf), yaitu imannya orang-orang yang berbuat bid’ah
e.
Iman yang
ditolak (al-iman al-mardud), yaitu imannya oorang-orang munafik.
Kafir
secara bahasa berarti tertutup. Orang kafir adalah orang yang tidak bisa
mengetahui dan memahami Allah dan segala yang datang dari Allah, sehingga tidak
bisa percaya kepadaNya, dan cenderung melakukan maksiat kepada Allah. Kafir
dibagi menjadi 4 macam
a.
Kafir Ingkar,
yakni orang yang tertutup hati dan lisannyasehingga tidak dapat mengetahui dan
memahami tauhid.
b.
Kafir Juchud,
yakni orang yangg hatinya mengetahui dan memahami (Allah), tetapi tidak mau
mengikrarkan dengan lisannya.
c.
Kafir yang
bersikap menentang, yakni orang yang mengetahhui Allah dengan hatinya dan mau
menyatakan dengan lisannya, tetapi ia tidak mau mengakui agama Allah karena
rasa dengki dan menentang agama Allah.
d.
Kafir Nifak,
yakni orang yang menyatakan iman dengan lisannya tetapi hatinya kafir dan tidak
percaya.
Munafik
(al-nifaq). Secara bahasa, munafik adalah berbeda antara apa yang ada didalam batin
dengan apa yang ada diiluarnya. Secara istilah munafik adalah orang yang
mengaku dirinya percaya didalam hati, tetapi sebenarnya hatinya tidak percaya
atau kafir. Dalam hadits diterangkan bahwa ciri-ciri orang munafik adalah suka
berkata dusta, suka mengingkari janji, dan suka berkhianat.
Syirik
(al-syirk). Secra bahasa syirik adalah mancampuradukkan antara dua hal. Syirik
adalah meyakini adanya banyak Tuhan.
BAB
II
TAUHID DZAT, SIFAT, RUBUBIYYAH, DAN ULUHIYYAH
TAUHID DZAT, SIFAT, RUBUBIYYAH, DAN ULUHIYYAH
1.
Tauhid Dzat,
Sifat, Rububiyyah, dan Uluhiyyah
Tauhid adalah merupakan
aqidah dan keimanan, yang dengannya manusia bisa mendapatkan kebahagiaan. Ilmu
tauhid dan ilmu kalam adalah sama-sama membahas mengenai aqidah, yakni akidah
tauhid.tema pokok dan obyek kajian dari ilmu ini adalah Dzat Allah, sifat-sifat
Allah, perbuatan-perbuatan Allah, Dzat Rasul dan persoalan-persoalan lainnya
berkaitan dengan penciiptaan alam.
Dzat adalah sesuatu itu
sendiri, dan inti dari sesuatu itu. Dzat lebih umum jika dibandingkan dengan
pribadi, karena dzat dikaitkan dengan badan dan yang lainnya, sedangkan pribadi
hanya dihubungkan dengan badan. Dzat adalah sesuatu yang berdiri sendiri.
Sedangkan Dzat Allah menurut Ibnu Sina, adalah wujud Allah itu sendiri, dan
bersiffat mutlak. Dzat Allah, lanjut Ibnu Sina, tidak tersusun dari pada dzat
yang lain yang datang dari luar, karena Dzat Tuhan berlainan dengan semua dzat
yang ada. Dzat Tuhan tidak ada batasnya, tidak ada jenisnya, dan tidak dapat
dibagi-bagi.
Allah adalah mutlak,
baik Dzat maupun sifatNya. Sebagai tema dan objek pengetahuan, Dzat dan Sifat
Allah tidaklah tampak dalam realitas, dan tidak bisa dibedakan dengan yang
lainnya, dalam berbagai relitas yang ada didunia ini.
BAB III
HAL-HAL YANG MENGOTORI AQIDAH DAN HUBUNGAN ANTARA IMAN,ISLAM, DAN IHSAN
HAL-HAL YANG MENGOTORI AQIDAH DAN HUBUNGAN ANTARA IMAN,ISLAM, DAN IHSAN
1.
Hal-hal yang
mengotori Aqidah
Kafir.
Orang kafir adalah orang yang tidak bisa mengetahui dan memahami Allah dan
segala yang datang dari Allah, sehingga tidak bisa percaya kepadaNya, dan
cenderung melakukan maksiat kepada Allah.
Munafik
(al-nifaq). Secara bahasa, munafik adalah berbeda antara apa yang ada didalam
batin dengan apa yang ada diiluarnya. Secara istilah munafik adalah orang yang
mengaku dirinya percaya didalam hati, tetapi sebenarnya hatinya tidak percaya
atau kafir.
Syirik (al-syirk). Seacra
bahasa syirik adalah mancampuradukkan antara dua hal. Syirik adalah meyakini
adanya banyak Tuhan.
BAB IV
KONSEP “TAKDIR” DALAM PENINGKATAN MUTU SUMBER DAYA MANUSIA DAN HUBUNGAN ANTARA AKAL DAN WAHYU
KONSEP “TAKDIR” DALAM PENINGKATAN MUTU SUMBER DAYA MANUSIA DAN HUBUNGAN ANTARA AKAL DAN WAHYU
1.
Konsep “taqdir”
dalam Peningkatan Mutu Sumber Daya Manusia
Percaya terhadap takdir
Tuhan mengandaikan adanya sebuah prosses yang menyangkut dua hal penting, yaitu
adanya sebuah aktivitas manusia yang dinamakan “percaya” atau “iman” dan
pemahaman mengenai “takdir” sebagai sesuatu yang harus dipahami dan dipercayai.
Jadi, adanya aktivitas “percaya” mengandaikan adanya aktivitas yang
mendahuluinya yaitu “memahami” takdir.
2.
Makna dan
Kebenaran “Takdir” Allah
a. Takdir
dan bahasa
Takdir ada dan diakui
kebenaranya oleh manusia berdasarkan informasi yang datang dari Allah (wahyu) dalam
bentuk Al Qur’an maupun Hadits. Wahyu diturunkan oleh Allah kepada Rasulullah
dalam bentuk bahasa Arab, sebagai bahasa yang dipilih oleh Allah untuk
memahamkan kepada manusia tentang makna dan kebenaran takdir Allah.
b. Problem
memahami Takdir Allah
Selama ini, para ulama
memahami takdir sebagai ketetapan Allah yang bersifat azali, akan tetapi disisi
lain mereka juga mengakui adanya takdir pada saat manusia diciptakan didalam
kandungan , yang mengandung arti hadits atau baru dan bukan azali, sebuah
pemahaman yang bertentangan denga pemahaman yang pertama.
c. Makna
Takdir Allah
Takdir memiliki
beberapa makna, diantaranya adalah hukum, ketetapan, kekuatan, daya, potensi,
ukuran, ketetapan yang sesuai dan batasan. Jadi, takdir adalah hukum Allah.
Hukum yang ditetapkan berdasarkan pada kekuatan, daya, potensi, ukuran, dan
batasan yang ada pada sesuatu yang ditetapkan hukumnya. Setiap unsur terkecil
dialam semesta memiliki hukum atau takdirnya masing-masing yang sudah
ditetapkan oleh Allah secara rinci dan detail, yang berarti juga memiliki
hukum, potensi, sifat dan karakteristiknya masing-masing.
Takdir Allah memiliki
arti yang sama dengan qadla yaitu “hukum” yang bersifat rinci. Ini berarti
bahwa takdir Allah bersifat rinci dan detail (tafsily) bukan global (ijmaliy),
juga tidak bertingkat-tingkat seperti azali, tsanawi atau hauli, ‘umri, yaumi,
dan ilmi, kitabi atau kitabah, musyiah dan khalqi, akan tetapi terus
berlangsung dan berlanjut setiap saat disetiap tempat atau azali. Semua takdir
Allah diketahui, ditulis, dikehendaki, dan dicipta oleh Allah dalam bentuk
“Program Besat Allah”.
3.
Akal dan Wahyu
Al Qur’an tidak
terpisah dari realitas, tidak melangkahi, atau melampaui hukum-hukuum realitas,
justru fenomena tersebut merupakan bagian dari konsep-konsep budaya dan muncul
dari konvensi dan konsepsi budaya itu.
Allah berfirman dalam
surat Al-Imran ayat 179 yang artinya
“mereka mempunyai hati,
tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka
mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda
kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya
untuk mendengar (ayat-ayat Allah)”.
BAB V
AQIDAH POKOK DAN CABANG SERTA FUNGSI TAUHID BAGI KEHIDUPAN MANUSIA
AQIDAH POKOK DAN CABANG SERTA FUNGSI TAUHID BAGI KEHIDUPAN MANUSIA
1.
Pengertian
aqidah pokok dan cabang
Beberapa perbedaan
antara aqidah pokok dan cabang
a. Aqidah
pokok terlahir karena adanya kemapanan, kesatuan dan keutuhan umat islam,
karena tiap persoalan yang muncul selalu dapat diselesaikan dan diterima secara
bulat. Sedangkan aqidah cabang muncul sebagai akibat adanya perpecahan dan
perbedaan dikalangan umat islam yang tidak dapat disatukan.
b. Aqidah
pokok terwujud karena tidak terdapat unsur-unsur kepentingan kelompok
didalamnya, sedangkan aqidah cabang berkembang sejalan dengann berbagai
kepentingan kelompok yang bberbeda, terutama klaim-klaim kebenaran guna
mempertahankan kelompok masing-masing.
c. Aqidah
pokok secara murni didasarkan kepada Al Qur’an dan tuntunan Nabi, sedangkan
aqidah cabang umumnya didasarkan kepada penafsiran dan pemahaman masing-masing
sehingga muncul perbedaan.
d. Dalam
aqidah pokok umumnya tidak menimbulkan perbedaan pendapat, sedangkan dalam
akidah cabang indentik dengan perdebatan dan perbedaan pendapat.
2.
Cakupan Aqidah
Pokok
a. Iman
kepada Allah
Iman kepada Allah
berarti juga mengimani segala sifat-sifatNya yang dapat diklasifikasikan
menjadi empat yaitu:
1) Sifat
nafsiyah, yaitu sifat yang berhubungan dengan dzat Allah SWT. Sifat ini adalah wujud.
2) Sifat
Salbiyah, yaitu sifat Allah yang menolak sifat-sifat yang tidak sesuai atau
tidak layak bagi Allah, yaitu: Qidam
menolak huduts, Baqa’ menolak fana, Mukhalafatililhawaditsi
menolak mumatsalatulil-hawaditsi, Qiyamuhubinafsihi
menolak ihtiyajuhu ila ghairihi, dan Wahdaniyah menolak atta’addudu
3) Sifat
Ma’ani, yaitu sifat-sifat wajiib bagi Allah yang dapat digambarkan oleh akal
pikiran mmanusia, serta dapat meyakinkan orang lain seba kebenarannya dapat
dibuktikan oleh pancaindera. Yang termasuk sifat ini adalah : qudrat, iradat, ilmu, hayat, sama’, bashhar,
kalam.
4) Sifat
Ma’nawiyah, ialah sifat-sifat Allah yang merupakan pennjabaran dari sifat
ma’ani, yaitu: kaunuhu qadiran, kaunuhu
muridan, kaunuhu ‘aliman, kaunuhu bayyan, kaunuhu sami’an, kaunuhu bashiran,
kaunuhu matakalliman.
b. Iman
kepada malaikat
Malikat diciptakan
olehh Allah dari nur (cahaya). Jumlah malaikat Allah banyak sekali, tetapi yang
wajib diketahui oleh manusia brjumlah 10 dengan tugasnya masing-masing.
c. Iman
kepada kitab-kitab Allah
Artinya, mayakini
bahwwa Allah telah menurunkan kitab-kitab kepada para nabi. Tujuan Allah menurunkan kitab-kitab
adalah agar menjadi pedoman hidup umat manusia menuju jalan hidup yang benar
sesuai dengan kehendak Allah sehingga mencapai kebahagiaan hidup dunia dan
akhirat.
Kitab-kitab yang
diturunkan Allah ada 4, yaitu:
1) Taurat
diturunkan kepada Nabi Musa a.s.
2) Zabur
diturunkan kepada Nabi Daud a.s.
3) Injil
diturunkan kepada Nabi Isa a.s.
4) Al
Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW
d. Iman
kepada Rasul-rasul Allah
Iman kepada rasul-rasul
Allah artinya mempercayai bahwa Allah SWT telah mengutus para RasulNya untuk
menyampaikan ajaran agama dan membimbing umat manusia pada jalan yang lurus.
e. Iman
kepada Hari Kiamat
Tanda-tanda kiamat
sughra (kecil)
1) Ilmu
agama dianggap tidak penting.
2) Ahli
agama banyak yang meninggal dan tidak ada penggantinya.
3) Kebodohan
mewabah dimana-mana
4) Perzinaan
merajalela
5) Minuman
keras dijual bebas
Tanda-tanda kiamat kubra (besar)
1) Matahari
terbit dari barat
2)
Munculnya
binatang aneh yang mampu bercakap-cakap
3)
Turunan Imam
Mahdi
4)
Munculnya Al
Masih ad Dajjal (penggembala yang banyak dustanya)
5)
Turunnya Nabi
Isa a.s.
f.
Iman kepada Qada
dan Qadar
Qada
adalah kepastian sedangkan Qadar ialah
ketentuan. Beriman kepada qada dan qadar ialah setiap manusia wajib mempercayai
bahwa atas dirinya ada kepastian dan ketentuan yang telah digariskan oleh Allah
sejak zaman Azali.
3.
Cakupan Aqidah
Cabang
a.
Tuhan
b.
Malaikat
c.
Wahyu/Kitab-kitab
d.
Nabi atau Rasul
e.
Takdir atau
Sunnatullah
4.
Fungsi Tauhid
Bagi Kehidupan Manusia
Dalam
kontek pengembangan umat, tauhid berfungsi antara lain mentransformasikan
setiap individu yang meyakininya menjadi manusia yang lebih kurang ideal dalam
arti memiliki sifat-sifat mulia yang membebaskan dirinya dari setiap belenggu
sosial, polotik,ekonomi dan budaya.
BAB VI
ALIRAN-ALIRAN TEOLOGI ISLAM PERIODE KLASIK DAN MODERN
ALIRAN-ALIRAN TEOLOGI ISLAM PERIODE KLASIK DAN MODERN
1.
Aliran-aliran
teologi iaslam masa klasik
a.
Khawarij
Khawarij
dalam terminologi ilmu kalam adalah suatu sekte/aliran/kelompok pengikut Ali
Bin Abi Tholib yang keluar meninggalkan barisan karena tidak setuju dengan
keputusan Ali yang menerima arbitrase dengan pihak Mu’awiyah.
b.
Murji’ah
Murji’ah
diambil dari kata irja atau arja’a yang bermakna penundaan, penangguhan, dan
pengharapan. Oleh karena itu, golongan murji’ah diartikan orang yang menunda
atau menangguhkan penjelasan kedudukan orang yang bersengketa, yakni Ali dan
Mu’awiyah serta pasukannya masing-masing hingga hari kiamat kelak.
c.
Jabariah
Kata
jabariyah berasal dari kata jabara yang berarti memaksa. Disalam kamus Al
Munjid dijelaskkan bahwa nama jabariyah berasal dari kata jabara yang berarti
memaksa dan mengharuskannya melakukan sesuatu. Dari pengertian kata tersebut,
dalam aliran teologi faham jabariyah didefinisikan sebagai aliiran yang
berpenapat bahwa semua perbuatan manusia didunia telah ditentukan oleh Allah.
d.
Qadariyah
Qadariyah
berasal ddari bahasa Arab, yaitu dari kata qadara yang artinya kemampuan atau
kekuatan. Adapun menurut terminologi ilmu kalam, Qadariyah adalah suatu aliran
yang percaya bahwa segala perbuatan manusia tidak ditentukan oleh Tuhan. Aliran
ini berpendapat bahwa tiap-tiap orang adalah penentu dan pencipta perbuatannya
sendiri.
e.
Mu’tazilah
Secara
harfiah, kata Mu’tazilah berasal dari i’tizala yang berarti berpisah atau
memisahkan diri, yang berarti juga menjauh atau menjauhkan diri. Golongan
mu’tazilah dikenal sebagai kelompok rasionalis, sebab mereka memberikan peran
dan fungsi yang sangat besar kepada akal dalam kehidupan manusia.
f.
Asy’ariyah
Asy’ariyah
adalah salah satu aliran dalam teologi islam periode klasik yang namanya
dinisbatkan kepada nama pendirinya, yaitu Hasan Ali bin Ismail Al Asy’ari.
2.
Aliran-aliran
teologi islam masa modern
a.
Syekh Muhammad Abduh
Pemikiran
teologisnya sebagai berikut:
1)
Kedudukan akal
dan fungsi wahyu
2)
Kebebasan
manusia dan fatalisme
3)
Sifat-sifat
Tuhan
4)
Kehendak mutlak
Tuhan
5)
Antropomorfisme
6)
Melihat Tuhan
7)
Perbuatan Tuhan
b.
Muhammad Iqbal
Beberapa
pemikiran Iqbal antara lain:
1)
Jati diri
manusia
2)
Dosa
3)
Surga dan Neraka
c.
Ismail Raji
al-Faruqi
Pemikiran
teologi Al-Faruqi dibangun atas dasar koonsep tauhid. Tauhid inilah yang
memberikan pengaruh pada perilaku dan pemikiran seorang muslim.
d.
Hasan Hanafi
Pemikiran
teologisnya antara lain
1)
Kritik terhadap
teologi tradisional
2)
Rekonstruksi
teologi
e.
Harun Nasution
Pemikirannya
sebagai berikut:
1)
Peranan akal
2)
Pembaharuan
teologi
3)
Hubungan antara
akal dan wahyu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar